Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.
Perayaan Valentine’s Say adalah Bagian dari Syiar Agama Nasrani
Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani.
Bahkan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal ari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari .
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis dari Romawi kuno.
Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.
Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid ” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.
Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka,
naudzu billahi min zalik.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.
Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sabtu, 13 Februari 2010
Kamis, 21 Januari 2010
adab
Assalamu'alaikum wr.wb.
Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi kaum muslimin. Perjalanan orang yang menuntut ilmu sama saja dengan perjalanan menuju surga. Malaikat-malaikat akan meletakkan sayapnya di samping orang yang menuntut ilmu karena senang dengan apa yang dilakukannya. Selain itu, Allah akan menaikkan derajat orang yang menuntut ilmu beberapa derajat. Namun, ada beberapa adab dan akhlak yang harus kita ketahui agar ilmu tersebut berfaedah untuk kita.
** ADAB MENUNTUT ILMU **
1. Mengikhlaskan niat karena Allah ta’âlâ.
2. Berdoa kepada Allah ta’âlâ supaya mendapatkan taufiq dalam menuntut ilmu.
3. Bersemangat (antusias) untuk melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu.
4. Berusaha semaksimal mungkin untuk menghadiri kajian-kajian ilmu.
5. Apabila ada seseorang yang datang belakangan di tempat kajian hendaknya tidak mengucapkan salam apabila dapat memotong pelajaran yang berjalan, kecuali kalau tidak mengganggu maka mengucapkan salam itu sunnah. (Pendapat Syaikh al-Utsaimin dalam Fatawa Islamiyyah:, jilid 1, hlm. 170)
6. Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu sebab hilangnya barakah ilmu. Allah ta’âlâ mencela orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya dalam firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. ash-Shaf: 2-3)
Imam Ahmad rahimahullahu mengatakan: “Tidaklah aku menulis satu hadits pun dari Nabi n, kecuali telah aku amalkan, sampai ada hadits bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berbekam kemudian memberikan Abu Thaybah satu dinar,[1] maka aku pun memberi tukang bekam satu dinar tatkala aku dibekam.” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 14)
1. Merasa sedih tatkala ada masyayikh yang sezaman tapi tidak sempat bertemu, serta mencontoh adab dan akhlak mereka.
al-Khalal meriwayatkan akhlak Imam Ahmad rahimahullahu dari Ibrahim, ia berkata: “Apabila mereka mendatangi seseorang yang akan mereka ambil ilmunya, mereka memperhatikan shalat, kehormatan dan gerak-gerik serta tingkah lakunya, kemudian barulah mereka mengambil ilmu darinya.
Dan dari al-A’masy rahimahullahu berkata, “Orang dahulu belajar kepada ahli fikih tentang semua hal termasuk pakaian dan sandalnya. (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 145)
1. Sopan santun dalam menuntut ilmu.
2. Kontinyu (konsisten) untuk hadir dan tidak malas.
10. Tidak berputus asa dan mencela diri (merendahkan diri). Hendaknya ingat firman Allah ta’âlâ:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. an-Nahl: 78)
Terlebih apabila kesulitan dalam mempelajari sesuatu.
11. Membaca kitab-kitab yang berkaitan dengan thalabul ilmi dan mempelajari metode yang benar dalam menuntut ilmu, serta berusaha mengetahui kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya.
12. Antusias untuk hadir lebih awal dan mempergunakan waktu dengan baik.
13. Berusaha melengkapi pelajaran yang terlewatkan.
14. Mencatat faedah pada halaman depan atau buku catatan.
15. Berusaha keras untuk mengulang-ulang faedah yang telah didapatkan.
16. Tatkala membeli buku hendaknya diperhatikan terlebih dahulu.
17. Tidak melemparkan kitab ke tanah.
Ada seseorang yang melakukan itu di hadapan Imam Ahmad rahimahullahu dan beliau marah seraya mengatakan, “Beginikah kamu memperlakukan ucapan orang-orang baik?” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 389)
18. Tidak memotong perkataan guru sampai beliau menyelesaikannya.
Imam al-Bukhari berkata: Bab barangsiapa yang ditanya tentang ilmu, sedangkan dia sibuk berbicara, maka selesaikan dulu permbicaraannya. Kemudian beliau membawakan hadits:
أَنَّ أَعْرَابِياًّ قَالَ وَالنَّبِيُّ يَخْطُبُ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى الرَّسُوْلُ فِي حَدِيْثِهِ وَأَعْرَضَ عَنْهُ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيْثَهُ قَالَ: أَيْنَ أَرَاهُ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟
Ada seorang Arab Badui bertanya kapan hari kiamat tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkhutbah, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melanjutkan khutbahnya dan berpaling dari orang itu, tatkala Nabi menyelesaikan khutbahnya, kemudian bertanya: “Dimana orang yang tadi bertanya tentang hari kiamat.” (al-Fath, jilid 1, hlm. 171)
19. Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata: “Kapan saja ada yang tidak dapat dipahami dari perkataan guru oleh muridnya, hendaklah dia bersabar sampai sang guru menyelesaikan ucapannya, baru kemudian dia meminta penjelasan gurunya dengan penuh adab dan kelembutan dan tidak memotong di tengah-tengah pembicaraannya.” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 163)
20. Sopan tatkala mengajukan pertanyaan kepada guru, tidak menanyakan sesuatu yang dibuat-buat atau berlebihan atau menanyakan sesuatu yang sudah tahu jawabannya dengan tujuan supaya gurunya tidak mampu menjawab dan menunjukkan bahwa dia tahu jawabannya, atau menanyakan sesuatu yang belum terjadi, dimana salafush shalih mencela hal seperti ini apabila pertanyaan itu dibuat-buat. (Tahdzib at-Tahdzib, jilid 8, hlm. 274, as-Siyar, jilid 1, hlm. 398)
21. Membaca biografi para ulama.
22. Membaca topik dan tema yang berbeda sebelum tiba waktunya. Seperti Ramadhan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa, sepuluh awal dzulhijah dan kurban.
23. Antusias untuk membeli kitab-kitab yang khusus membahas permasalahan-permasalahan fikih. Seperti kitab yang berkaitan dengan sunnah-sunnah Rawatib atau qiyamullail, dll.
24. Memprioritaskan hal-hal yang utama dalam menuntut ilmu.
25. Memulai dengan yang lebih penting.
Sebagaimana petunjuk Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memulai yang lebih penting yang beliau lakukan dengan tujuan itu. Oleh karena itu tatkala ‘Utban bin Malik memanggil Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam seraya berkata kepada beliau, “Aku ingin Anda datang untuk shalat di rumahku, supaya aku jadikan tempat itu menjadi mushalla”, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar beserta beberapa orang sahabatnya.
Tatkala sampai di rumah ‘Utban, mereka meminta izin untuk masuk, kemudian mereka masuk, dan ‘Utban telah membuatkan makanan untuk mereka, maka Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak makan terlebih dahulu, bahkan berkata: “Dimana tempat yang ingin kamu jadikan mushalla itu?” kemudian diperlihatkan kepada beliau, kemudian beliau shalat, setelah itu baru duduk untuk menyantap hidangan. (HR. al-Bukhari, no. 425 & 667, Muslim, no. 263 dan disebutkan juga oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullahu dalam Syarh Riyadhu ash-Shalihin, jilid 3, hlm. 98)
26. Tidak sok pintar.
27. Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala menyebut-Nya.
28. Bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tatkala menyebutnya.
29. Mengucapkan radhiyallahu ‘anhum (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ) kepada para sahabat tatkala menyebut mereka.
30. Mengucapkan rahimahullah (رَحِمَهُ اللَّهُ) kepada para ulama tatkala menyebut mereka.
31. Tidak menyandarkan sesuatu kepada maraji’ apapun kecuali apabila kita membaca berita itu darinya.
32. Tidak menyandarkan hadits kepada selain Imam al-Bukhari dan Imam Muslim apabila hadits itu ada pada keduanya atau salah satu dari keduanya.
33. Berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam menyalin.
34. Menyandarkan faedah kepada yang empunya.
35. Tidak meremehkan faedah walaupun sedikit.
36. Tidak menyembunyikan faedah.
37. Tidak mempergunakan dalil hadits dhaif atau maudhu’.
38. Tidak mendhaifkan hadits, kecuali setelah meneliti an menanyakan kepada ahlinya.
39. Tidak mengacuhkan permasalahan-permasalahan yang ditanyakan kepada dirinya, karena itu dapat mendorong anda untuk meneliti dan menggali lebih dalam masalah itu.
40. Membawa buku catatan kecil untuk mencatat faedah-faedah dan berbagai macam permasalahan.
41. Tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang mubah.
42. Tidak menyibukkan diri dengan memperbanyak manuskrip atau satu buku yang berbeda penerbitnya, terkecuali ada faedahnya.
43. Mengunjungi perpustakaan-perpustakaan untuk menelaah kitab-kitab yang ada.
44. Menghindari keumuman istilah ilmiah yang mirip lafazhnya.[2]
45. Antusias untuk membaca kitab-kitab yang menjelaskan istilah-istilah penulis atau menjelaskan metode kitab dan bahasan-bahasannya.
46. Tidak terburu-buru dalam memahami ucapan, baik yang tertulis atau yang terdengar. Ibnul Qayyim rahimahullahu menyebutkan dari Ayub as-Sakhtiyani rahimahullahu, “Apabila ia mengulangi soal itu sama seperti awal, maka ia jawab, kalau tidak maka beliau pun tidak menjawabnya.” (I’lam al-Muwaqi’in 2/187)
47. Banyak membaca kitab-kitab tentang fatwa-fatwa.
48. Tidak terburu-buru untuk menafikan secara umum.
49. Apabila anda meriwayatkan hadits secara makna hendaknya anda jelaskan hal itu.
50. Hindari penggunaan lafadz-lafadz pengagungan untuk memuji diri sendiri.
51. Terimalah kritikan dan nasihat dengan lapang dada bukan karena basa basi.
52. Tidak sedih dan patah semangat karena sedikitnya orang yang belajar darinya. Imam adz-Dzahabi menyebutkan biografi Atha’ bin Abi Rabah bahwasanya dia, tidak ada yang duduk bersamanya (dalam menuntut ilmu –pent) kecuali sembilan atau delapan orang saja. (Siyar A’lam an-Nubala` 8/107)
53. Tidak menghabiskan waktu untuk membahas perkara-perkara yang tidak bermanfaat, seperti masalah-masalah yang ganjil lagi aneh, seperti warna anjng Ashabul Kahfi, pohon yang Nabi Adam p memakan buah darinya, dan panjang kapal Nabi Nuh p, dll.
54. Tidak terpancing untuk keluar jauh dari fokus pembahasan.
55. Tidak berlebih-lebihan dalam merangkai kata-kata dan menjelaskan ucapan serta tidak mempergunakan ibarat dan istilah yang asing.
56. Tidak berbicara tanpa ilmu, dan tidak merasa kesal jika pertanyaannya tidak dijawab.
57. Tidak terpengaruh dengan celaan pribadi apabila agamamu selamat, dan ingatlah ucapan penyair:
وَإِنْ بُلِيْتَ بِشَخْصٍ لاَ خَلاَقَ لَهُ فَكُنْ كَأَنَّكَ لَمْ تَسْمَعْ وَلَمْ يَقُلْ
Apabila engkau diuji dengan orang yang tidak baik
Maka bersikaplah seolah-olah engkau tidak mendengarnya dan dia tidak berkata
58. Tidak berputus asa.
59. Semangat dalam menjalankan shalat malam.
60. Tidak banyak bicara, istirahat dan tidur dalam menuntut ilmu.
61. Secara khusus thalibul ilmi dan secara umum seorang muslim:
1. Memenuhi kebutuhan orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
اِشْفَعُوْا تُؤْجَرُوْا.
Berilah syafaat niscaya kalian dapat pahala. (HR. al-Bukhari)
1. Menepati janji. Allah memuji para Nabi dan Rasul sebagaimana firman-Nya etntang Nabi Ismail p:
â ¼çm¯RÎ) tb%x. s-ÏŠ$|¹ ωôãuqø9$# á
Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya. (QS. Maryam: 54)
1. Bijaksana, sabar dan lemah lembut. Allah ta’âlâ berfirman:
Jadilah engkau pemaaf dan perintahkanlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. al-A’raf: 199)
As-Sam’ani rahimahullahu menyebutkan dalam kitab al-Ansab, adz-Dzahabi dalam kitab Tajrid ash-Shahabah, tentang biografi Auf bin Nu’man, berkata: Di masa jahiliyah dahulu dia lebih senang untuk mati dalam kondisi kehausan dari pada mati dalam kondisi ingkar janji, sebagaimana disebutkan:
إِذَا قُلْتَ فِي شَيْءٍ نَعَمْ فَأَتِمَّهُ فَإِنَّ نَعَمْ دَيْنٌ عَلَى الْحُرِّ وَاجِبُ
وَإِلاَّ فَقُلْ لاَ وَاسْتَرِحْ وَأَرِحْ بِهَا لِئَلاَّ يَقُوْلَ النَّاسُ: إِنَّكَ كَاذِبُ
Apabila anda telah mengatakan ‘ya’ maka laksanakanlah
Karena ucapan ‘ya’ adalah hutang yang harus di lunasi
Kalau tidak mampu katakanlah ‘tidak’ dan istirahatlah
Supaya orang lain tidak mengatakan anda pendusta
1. Tawadhu’. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ.
Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling bertawadhu’, supaya tidak ada yang membanggakan dan menyombongkan diri. (HR. Muslim)
1. Gembira, lapang dada, dan mau mendengarkan problema orang lain.
2. Mengajak bicara dan memberi nasihat kepada manusia.
‘Ikrimah rahimahullahu mengatakan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu : “Nasihati manusia satu jum’at sekali, jikalau mau maka dua kali, jika mau maka tiga kali, jangan bikin mereka bosan dengan al-Qur`an dan jangan mendatangi mereka tatkala sedang dalam urusannya dan kau sela pembicaraannya, sehingga mereka merasa jemu, akan tetapi diamlah, jikalau mereka meminta, maka nasihati karena mereka menginginkannya dan hindari olehmu sajak dalam berdoa, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya tidak melakukan hal itu. (HR. al-Bukhari, no. 6337)
1. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu berkata:
حَدِّثُوْا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُوْنَ.
“Ajaklah bicara manusia dengan apa yang mereka ketahui.”
Disitu ada dalil, seyogyanya sesuatu yang tidak jelas tidak di sampaikan ke khalayak ramai, dan hendaknya berkata sesuai dengan apa yang dipahami orang lain, juga ucapan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, “Jangan kau ajak bicara satu kaum yang tidak dapat dipahami oleh mereka karena tu dapat menimbulkan fitnah.” (HR. Muslim)
** Adab murid kepada guru **
1. Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
2. Tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
3. Jujur dan setia bersama guru
4. Bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
5. Hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
6. Tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
7. Tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
8. Berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
9. Selalu berusaha menyenangkan hati guru
10. Memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
11. Berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
12. Memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan
13. Tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
14. Tidak terbahak-bahak di depan guru
15. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
16. Selalu duduk dalam sikap sopan
17. Berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
18. Tidak duduk di tempat duduk guru
19. Meminta maaf kepada guru jika berbuat salah padanya
20. Jangan melawan dan menipu guru
21. Jangan membuka rahasia guru
22. Memuliakan sahabat karib guru dan keluarganya
23. Tidak merepotkannya dengan banyak pertanyaan
Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu." Subhanallah... begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.
Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, "aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf ". Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.
Semoga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk selalu berbuat baik, memperhatikan adab dan berakhlak mulia. Insya Allah.... ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari Allah.
Allahu akbar ...!!!
Mohon maaf bila ada salah-salah kata, kepada Allah saya mohon ampun ..
Wassalamu'alaikum wr.wb
Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi kaum muslimin. Perjalanan orang yang menuntut ilmu sama saja dengan perjalanan menuju surga. Malaikat-malaikat akan meletakkan sayapnya di samping orang yang menuntut ilmu karena senang dengan apa yang dilakukannya. Selain itu, Allah akan menaikkan derajat orang yang menuntut ilmu beberapa derajat. Namun, ada beberapa adab dan akhlak yang harus kita ketahui agar ilmu tersebut berfaedah untuk kita.
** ADAB MENUNTUT ILMU **
1. Mengikhlaskan niat karena Allah ta’âlâ.
2. Berdoa kepada Allah ta’âlâ supaya mendapatkan taufiq dalam menuntut ilmu.
3. Bersemangat (antusias) untuk melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu.
4. Berusaha semaksimal mungkin untuk menghadiri kajian-kajian ilmu.
5. Apabila ada seseorang yang datang belakangan di tempat kajian hendaknya tidak mengucapkan salam apabila dapat memotong pelajaran yang berjalan, kecuali kalau tidak mengganggu maka mengucapkan salam itu sunnah. (Pendapat Syaikh al-Utsaimin dalam Fatawa Islamiyyah:, jilid 1, hlm. 170)
6. Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu sebab hilangnya barakah ilmu. Allah ta’âlâ mencela orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya dalam firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. ash-Shaf: 2-3)
Imam Ahmad rahimahullahu mengatakan: “Tidaklah aku menulis satu hadits pun dari Nabi n, kecuali telah aku amalkan, sampai ada hadits bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berbekam kemudian memberikan Abu Thaybah satu dinar,[1] maka aku pun memberi tukang bekam satu dinar tatkala aku dibekam.” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 14)
1. Merasa sedih tatkala ada masyayikh yang sezaman tapi tidak sempat bertemu, serta mencontoh adab dan akhlak mereka.
al-Khalal meriwayatkan akhlak Imam Ahmad rahimahullahu dari Ibrahim, ia berkata: “Apabila mereka mendatangi seseorang yang akan mereka ambil ilmunya, mereka memperhatikan shalat, kehormatan dan gerak-gerik serta tingkah lakunya, kemudian barulah mereka mengambil ilmu darinya.
Dan dari al-A’masy rahimahullahu berkata, “Orang dahulu belajar kepada ahli fikih tentang semua hal termasuk pakaian dan sandalnya. (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 145)
1. Sopan santun dalam menuntut ilmu.
2. Kontinyu (konsisten) untuk hadir dan tidak malas.
10. Tidak berputus asa dan mencela diri (merendahkan diri). Hendaknya ingat firman Allah ta’âlâ:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. an-Nahl: 78)
Terlebih apabila kesulitan dalam mempelajari sesuatu.
11. Membaca kitab-kitab yang berkaitan dengan thalabul ilmi dan mempelajari metode yang benar dalam menuntut ilmu, serta berusaha mengetahui kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya.
12. Antusias untuk hadir lebih awal dan mempergunakan waktu dengan baik.
13. Berusaha melengkapi pelajaran yang terlewatkan.
14. Mencatat faedah pada halaman depan atau buku catatan.
15. Berusaha keras untuk mengulang-ulang faedah yang telah didapatkan.
16. Tatkala membeli buku hendaknya diperhatikan terlebih dahulu.
17. Tidak melemparkan kitab ke tanah.
Ada seseorang yang melakukan itu di hadapan Imam Ahmad rahimahullahu dan beliau marah seraya mengatakan, “Beginikah kamu memperlakukan ucapan orang-orang baik?” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 389)
18. Tidak memotong perkataan guru sampai beliau menyelesaikannya.
Imam al-Bukhari berkata: Bab barangsiapa yang ditanya tentang ilmu, sedangkan dia sibuk berbicara, maka selesaikan dulu permbicaraannya. Kemudian beliau membawakan hadits:
أَنَّ أَعْرَابِياًّ قَالَ وَالنَّبِيُّ يَخْطُبُ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى الرَّسُوْلُ فِي حَدِيْثِهِ وَأَعْرَضَ عَنْهُ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيْثَهُ قَالَ: أَيْنَ أَرَاهُ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟
Ada seorang Arab Badui bertanya kapan hari kiamat tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkhutbah, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melanjutkan khutbahnya dan berpaling dari orang itu, tatkala Nabi menyelesaikan khutbahnya, kemudian bertanya: “Dimana orang yang tadi bertanya tentang hari kiamat.” (al-Fath, jilid 1, hlm. 171)
19. Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata: “Kapan saja ada yang tidak dapat dipahami dari perkataan guru oleh muridnya, hendaklah dia bersabar sampai sang guru menyelesaikan ucapannya, baru kemudian dia meminta penjelasan gurunya dengan penuh adab dan kelembutan dan tidak memotong di tengah-tengah pembicaraannya.” (al-Adab asy-Syar’iyyah, jilid 2, hlm. 163)
20. Sopan tatkala mengajukan pertanyaan kepada guru, tidak menanyakan sesuatu yang dibuat-buat atau berlebihan atau menanyakan sesuatu yang sudah tahu jawabannya dengan tujuan supaya gurunya tidak mampu menjawab dan menunjukkan bahwa dia tahu jawabannya, atau menanyakan sesuatu yang belum terjadi, dimana salafush shalih mencela hal seperti ini apabila pertanyaan itu dibuat-buat. (Tahdzib at-Tahdzib, jilid 8, hlm. 274, as-Siyar, jilid 1, hlm. 398)
21. Membaca biografi para ulama.
22. Membaca topik dan tema yang berbeda sebelum tiba waktunya. Seperti Ramadhan dan hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa, sepuluh awal dzulhijah dan kurban.
23. Antusias untuk membeli kitab-kitab yang khusus membahas permasalahan-permasalahan fikih. Seperti kitab yang berkaitan dengan sunnah-sunnah Rawatib atau qiyamullail, dll.
24. Memprioritaskan hal-hal yang utama dalam menuntut ilmu.
25. Memulai dengan yang lebih penting.
Sebagaimana petunjuk Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memulai yang lebih penting yang beliau lakukan dengan tujuan itu. Oleh karena itu tatkala ‘Utban bin Malik memanggil Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam seraya berkata kepada beliau, “Aku ingin Anda datang untuk shalat di rumahku, supaya aku jadikan tempat itu menjadi mushalla”, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar beserta beberapa orang sahabatnya.
Tatkala sampai di rumah ‘Utban, mereka meminta izin untuk masuk, kemudian mereka masuk, dan ‘Utban telah membuatkan makanan untuk mereka, maka Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak makan terlebih dahulu, bahkan berkata: “Dimana tempat yang ingin kamu jadikan mushalla itu?” kemudian diperlihatkan kepada beliau, kemudian beliau shalat, setelah itu baru duduk untuk menyantap hidangan. (HR. al-Bukhari, no. 425 & 667, Muslim, no. 263 dan disebutkan juga oleh Syaikh al-Utsaimin rahimahullahu dalam Syarh Riyadhu ash-Shalihin, jilid 3, hlm. 98)
26. Tidak sok pintar.
27. Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala menyebut-Nya.
28. Bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tatkala menyebutnya.
29. Mengucapkan radhiyallahu ‘anhum (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ) kepada para sahabat tatkala menyebut mereka.
30. Mengucapkan rahimahullah (رَحِمَهُ اللَّهُ) kepada para ulama tatkala menyebut mereka.
31. Tidak menyandarkan sesuatu kepada maraji’ apapun kecuali apabila kita membaca berita itu darinya.
32. Tidak menyandarkan hadits kepada selain Imam al-Bukhari dan Imam Muslim apabila hadits itu ada pada keduanya atau salah satu dari keduanya.
33. Berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam menyalin.
34. Menyandarkan faedah kepada yang empunya.
35. Tidak meremehkan faedah walaupun sedikit.
36. Tidak menyembunyikan faedah.
37. Tidak mempergunakan dalil hadits dhaif atau maudhu’.
38. Tidak mendhaifkan hadits, kecuali setelah meneliti an menanyakan kepada ahlinya.
39. Tidak mengacuhkan permasalahan-permasalahan yang ditanyakan kepada dirinya, karena itu dapat mendorong anda untuk meneliti dan menggali lebih dalam masalah itu.
40. Membawa buku catatan kecil untuk mencatat faedah-faedah dan berbagai macam permasalahan.
41. Tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang mubah.
42. Tidak menyibukkan diri dengan memperbanyak manuskrip atau satu buku yang berbeda penerbitnya, terkecuali ada faedahnya.
43. Mengunjungi perpustakaan-perpustakaan untuk menelaah kitab-kitab yang ada.
44. Menghindari keumuman istilah ilmiah yang mirip lafazhnya.[2]
45. Antusias untuk membaca kitab-kitab yang menjelaskan istilah-istilah penulis atau menjelaskan metode kitab dan bahasan-bahasannya.
46. Tidak terburu-buru dalam memahami ucapan, baik yang tertulis atau yang terdengar. Ibnul Qayyim rahimahullahu menyebutkan dari Ayub as-Sakhtiyani rahimahullahu, “Apabila ia mengulangi soal itu sama seperti awal, maka ia jawab, kalau tidak maka beliau pun tidak menjawabnya.” (I’lam al-Muwaqi’in 2/187)
47. Banyak membaca kitab-kitab tentang fatwa-fatwa.
48. Tidak terburu-buru untuk menafikan secara umum.
49. Apabila anda meriwayatkan hadits secara makna hendaknya anda jelaskan hal itu.
50. Hindari penggunaan lafadz-lafadz pengagungan untuk memuji diri sendiri.
51. Terimalah kritikan dan nasihat dengan lapang dada bukan karena basa basi.
52. Tidak sedih dan patah semangat karena sedikitnya orang yang belajar darinya. Imam adz-Dzahabi menyebutkan biografi Atha’ bin Abi Rabah bahwasanya dia, tidak ada yang duduk bersamanya (dalam menuntut ilmu –pent) kecuali sembilan atau delapan orang saja. (Siyar A’lam an-Nubala` 8/107)
53. Tidak menghabiskan waktu untuk membahas perkara-perkara yang tidak bermanfaat, seperti masalah-masalah yang ganjil lagi aneh, seperti warna anjng Ashabul Kahfi, pohon yang Nabi Adam p memakan buah darinya, dan panjang kapal Nabi Nuh p, dll.
54. Tidak terpancing untuk keluar jauh dari fokus pembahasan.
55. Tidak berlebih-lebihan dalam merangkai kata-kata dan menjelaskan ucapan serta tidak mempergunakan ibarat dan istilah yang asing.
56. Tidak berbicara tanpa ilmu, dan tidak merasa kesal jika pertanyaannya tidak dijawab.
57. Tidak terpengaruh dengan celaan pribadi apabila agamamu selamat, dan ingatlah ucapan penyair:
وَإِنْ بُلِيْتَ بِشَخْصٍ لاَ خَلاَقَ لَهُ فَكُنْ كَأَنَّكَ لَمْ تَسْمَعْ وَلَمْ يَقُلْ
Apabila engkau diuji dengan orang yang tidak baik
Maka bersikaplah seolah-olah engkau tidak mendengarnya dan dia tidak berkata
58. Tidak berputus asa.
59. Semangat dalam menjalankan shalat malam.
60. Tidak banyak bicara, istirahat dan tidur dalam menuntut ilmu.
61. Secara khusus thalibul ilmi dan secara umum seorang muslim:
1. Memenuhi kebutuhan orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
اِشْفَعُوْا تُؤْجَرُوْا.
Berilah syafaat niscaya kalian dapat pahala. (HR. al-Bukhari)
1. Menepati janji. Allah memuji para Nabi dan Rasul sebagaimana firman-Nya etntang Nabi Ismail p:
â ¼çm¯RÎ) tb%x. s-ÏŠ$|¹ ωôãuqø9$# á
Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya. (QS. Maryam: 54)
1. Bijaksana, sabar dan lemah lembut. Allah ta’âlâ berfirman:
Jadilah engkau pemaaf dan perintahkanlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. al-A’raf: 199)
As-Sam’ani rahimahullahu menyebutkan dalam kitab al-Ansab, adz-Dzahabi dalam kitab Tajrid ash-Shahabah, tentang biografi Auf bin Nu’man, berkata: Di masa jahiliyah dahulu dia lebih senang untuk mati dalam kondisi kehausan dari pada mati dalam kondisi ingkar janji, sebagaimana disebutkan:
إِذَا قُلْتَ فِي شَيْءٍ نَعَمْ فَأَتِمَّهُ فَإِنَّ نَعَمْ دَيْنٌ عَلَى الْحُرِّ وَاجِبُ
وَإِلاَّ فَقُلْ لاَ وَاسْتَرِحْ وَأَرِحْ بِهَا لِئَلاَّ يَقُوْلَ النَّاسُ: إِنَّكَ كَاذِبُ
Apabila anda telah mengatakan ‘ya’ maka laksanakanlah
Karena ucapan ‘ya’ adalah hutang yang harus di lunasi
Kalau tidak mampu katakanlah ‘tidak’ dan istirahatlah
Supaya orang lain tidak mengatakan anda pendusta
1. Tawadhu’. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ.
Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling bertawadhu’, supaya tidak ada yang membanggakan dan menyombongkan diri. (HR. Muslim)
1. Gembira, lapang dada, dan mau mendengarkan problema orang lain.
2. Mengajak bicara dan memberi nasihat kepada manusia.
‘Ikrimah rahimahullahu mengatakan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu : “Nasihati manusia satu jum’at sekali, jikalau mau maka dua kali, jika mau maka tiga kali, jangan bikin mereka bosan dengan al-Qur`an dan jangan mendatangi mereka tatkala sedang dalam urusannya dan kau sela pembicaraannya, sehingga mereka merasa jemu, akan tetapi diamlah, jikalau mereka meminta, maka nasihati karena mereka menginginkannya dan hindari olehmu sajak dalam berdoa, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya tidak melakukan hal itu. (HR. al-Bukhari, no. 6337)
1. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu berkata:
حَدِّثُوْا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُوْنَ.
“Ajaklah bicara manusia dengan apa yang mereka ketahui.”
Disitu ada dalil, seyogyanya sesuatu yang tidak jelas tidak di sampaikan ke khalayak ramai, dan hendaknya berkata sesuai dengan apa yang dipahami orang lain, juga ucapan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, “Jangan kau ajak bicara satu kaum yang tidak dapat dipahami oleh mereka karena tu dapat menimbulkan fitnah.” (HR. Muslim)
** Adab murid kepada guru **
1. Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
2. Tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
3. Jujur dan setia bersama guru
4. Bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
5. Hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
6. Tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
7. Tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
8. Berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
9. Selalu berusaha menyenangkan hati guru
10. Memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
11. Berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
12. Memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan
13. Tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
14. Tidak terbahak-bahak di depan guru
15. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
16. Selalu duduk dalam sikap sopan
17. Berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
18. Tidak duduk di tempat duduk guru
19. Meminta maaf kepada guru jika berbuat salah padanya
20. Jangan melawan dan menipu guru
21. Jangan membuka rahasia guru
22. Memuliakan sahabat karib guru dan keluarganya
23. Tidak merepotkannya dengan banyak pertanyaan
Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu." Subhanallah... begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.
Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, "aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf ". Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.
Semoga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk selalu berbuat baik, memperhatikan adab dan berakhlak mulia. Insya Allah.... ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari Allah.
Allahu akbar ...!!!
Mohon maaf bila ada salah-salah kata, kepada Allah saya mohon ampun ..
Wassalamu'alaikum wr.wb
Jumat, 15 Januari 2010
Kamis, 14 Januari 2010
Aaahhhhhhhh……………
Capek capek balek dr jogja malah di suruh buat karangan…..
Padahal q males nk buat ny….
Tapi demi nilai …. Biarlah aq sedikit berkurbn hhehhe
Betaenggoran!!!
Nh iy…….
Liburan kemaren aq ikut jalan” sekolah ke jogjakarta….
Di hari pertamo sih… padahal sebenernyo berangkat pas pukul 07:00 ,
Tp.. gara” nungguin bu milljd km baru berangkat pukul 09:30 pagi…..
Km pergi ke jogja pky buspariwisata marissa holiday,…
Di hari pertama kami berangkat ke Lampung yang memakan waktu kurang lebih 20 jam….
Dan di lampung km ke pelabuhan bakau huni dan kemudian kam naik kapal feri menuju pelabuhan merak, di kapal aq membawa catur dan bermain catur dgn tmn”q.
Pertama aq melawan AAN budag kelas 9 berapa.. aq lupo. Ruponyo dyo hebat pulok … hasil kami remis, AAN budag seumuran aq yang paling hebat yang pernah aq lawan.. soalny biasono budag seumuran aq yg br pertamo x ngelawan aq langsung kalah telak….
And then aq melawan pak Zainal…ternyata nasibku mujur… aq bias ngalahin pak zainal. Dan yang terakhir aq melawan pak pri. Padahal aq sudahbersusah payah… akan tetapi di saat” terakhir akhirnya aq kalah melawan pak pri.
Tidak lama kemudian km sampai di pelabuhan merak,terus kami melanjutkan perjalanan ke jogja yang memakan waktu kurang lebih 10 jam lamanya…. Jd… selama kurang lebih 30 jam kami hanya makan, tidur, dan boker saja…
Akhirnya kami pun sampai di jogjakarta… di jogja kami menginap di hotel….. haha aq gk boleh enyebutkan namanya krn nnt aq bakalan ngatain hotel tersebut….
Di hotel, kami di bagi menjadi 1 kamar 4 orang, hotel di sana sangat buruk sekali… bayangkan sudh kamar kecil, sekamar ber4, AC mati, dan yang paling parah kamar mandi kayak kamar mayat pulok…. Kalu mayat be dk betah tidur di kamar mandi itu…. Soalnya wc t sdh buruk…. Bnyk kelabang pulok… hahahah
Perjalanan pertama kami pergi ke pabrik perak di yogja…. Di sana aq membeli sebuah cincin perak seharga 81000 !!!! nnt klw sempat aq posting photonya…
Aq lihat di sanabnyk sekali cincin dengan innisial yang beraneka ragam …., tetapi setelah aq cari-cari g ad yg inisialnya “D” haha… padahal klw ad t bkalan aq ksh dgn temank yang berinisial “D” juga :D :D :D
Setelah itu kami pergi ke pabrik oleh”bakpia…, di sana aq membeli 3 kotak bakpia untuk di bawa kerumah ….. tetapi belum sampai di rumahbakpiaku sudah habis di jalan ;) ;)
Setelah itu k pergi jalan” ke candi prambanan… tetapi akibat gempa tasikmalaya kemarin candi itu hamper hancur semua… hny sebagian kecil saja yang masih utuh….
Di sana kami berfoto” hingga puas …. Dan juga aq berhasil mendapatkan foto bersama para wali kelas semenjak 74,82, dan 91.
Setelah itu km kembali lg ke hotel kamar mayat itu haha
Keesokan harinya kami pergi ke kraton jogjakarta,.. di sana aqbertaenggoran krn d sn aq memfoto pohon beringin ribuan tahun dgn menggunakan MP4 q. dan pada saat selesai dr pemandian air panas di ciateraq br sadar kalau MP4 q rusak dan kerusakanya membentuk pohon dan dua buah daun,
Setelah ke kraton… kami pergi ke candi borobudur,..
Di sana kami berforo” juga. Akan tetap buk um penyakitnya ulai kumat… dia bermaksud berfoto: dgn para Bulesehingga setiap x ad bule yang lewat langssung di sergap.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Bandung,.. perjalanan ke bandung membutuhkan wk sekitr 6 jam. Aq pun tertidur pulas di dlm bis. Dan ketika aq bagun waktu telah mennjukkan pukul 04:30 dan kami stop di masjid…
di sana sangat dingin sekali, malahan ketika aq mw ambil airwudu’ airnya dingin sekali … seperti es batu meleleh saja…
Ai capek aq nulis trus… jd langsung ke Jakarta saja ya????
Dua hr berikutnya kami meninggalkan kota bandng dan menuju ke Jakarta….,
Di Jakarta kami pergi ke Ancol…
Di ancol kami mengunjungi pertunjukkan lumba’’, film 4D, aneka satwa, dan Dufan.
Di dufan aq hanya menaiki wahana’’ yang extrim saja seperti kicir”2x ontanganting1x, halilintar 3x, dan tornado 1x.
Yang paling menegangkan adalah pada saat naik tornado… krn kami naik tornado pada saat hujan sedang deras”nya, dan yang pasti akan jauh llebih menegangkan……
Kemudian hari mulai maghrib… dan kami pun meninggalkan dufan dan meuju ke rumah makan di pinggir pantai ancol.
Akan tetapi… aku dg rizki A telat makan sehingga kamipun terpaksa makan di pinggiran tempat duduk pantai…. Di sana kami ber2 bertaenggoran,… yaitu kami berdua seperti melihat ada kepala yang lewatdi sebelah batu di pinggir pantai….
Kemudian kami langsung kembali ke rumah makan tersebut.
Finally, we comeback to Palembang with svely….
)P)P)P)P)P
Capek capek balek dr jogja malah di suruh buat karangan…..
Padahal q males nk buat ny….
Tapi demi nilai …. Biarlah aq sedikit berkurbn hhehhe
Betaenggoran!!!
Nh iy…….
Liburan kemaren aq ikut jalan” sekolah ke jogjakarta….
Di hari pertamo sih… padahal sebenernyo berangkat pas pukul 07:00 ,
Tp.. gara” nungguin bu milljd km baru berangkat pukul 09:30 pagi…..
Km pergi ke jogja pky buspariwisata marissa holiday,…
Di hari pertama kami berangkat ke Lampung yang memakan waktu kurang lebih 20 jam….
Dan di lampung km ke pelabuhan bakau huni dan kemudian kam naik kapal feri menuju pelabuhan merak, di kapal aq membawa catur dan bermain catur dgn tmn”q.
Pertama aq melawan AAN budag kelas 9 berapa.. aq lupo. Ruponyo dyo hebat pulok … hasil kami remis, AAN budag seumuran aq yang paling hebat yang pernah aq lawan.. soalny biasono budag seumuran aq yg br pertamo x ngelawan aq langsung kalah telak….
And then aq melawan pak Zainal…ternyata nasibku mujur… aq bias ngalahin pak zainal. Dan yang terakhir aq melawan pak pri. Padahal aq sudahbersusah payah… akan tetapi di saat” terakhir akhirnya aq kalah melawan pak pri.
Tidak lama kemudian km sampai di pelabuhan merak,terus kami melanjutkan perjalanan ke jogja yang memakan waktu kurang lebih 10 jam lamanya…. Jd… selama kurang lebih 30 jam kami hanya makan, tidur, dan boker saja…
Akhirnya kami pun sampai di jogjakarta… di jogja kami menginap di hotel….. haha aq gk boleh enyebutkan namanya krn nnt aq bakalan ngatain hotel tersebut….
Di hotel, kami di bagi menjadi 1 kamar 4 orang, hotel di sana sangat buruk sekali… bayangkan sudh kamar kecil, sekamar ber4, AC mati, dan yang paling parah kamar mandi kayak kamar mayat pulok…. Kalu mayat be dk betah tidur di kamar mandi itu…. Soalnya wc t sdh buruk…. Bnyk kelabang pulok… hahahah
Perjalanan pertama kami pergi ke pabrik perak di yogja…. Di sana aq membeli sebuah cincin perak seharga 81000 !!!! nnt klw sempat aq posting photonya…
Aq lihat di sanabnyk sekali cincin dengan innisial yang beraneka ragam …., tetapi setelah aq cari-cari g ad yg inisialnya “D” haha… padahal klw ad t bkalan aq ksh dgn temank yang berinisial “D” juga :D :D :D
Setelah itu kami pergi ke pabrik oleh”bakpia…, di sana aq membeli 3 kotak bakpia untuk di bawa kerumah ….. tetapi belum sampai di rumahbakpiaku sudah habis di jalan ;) ;)
Setelah itu k pergi jalan” ke candi prambanan… tetapi akibat gempa tasikmalaya kemarin candi itu hamper hancur semua… hny sebagian kecil saja yang masih utuh….
Di sana kami berfoto” hingga puas …. Dan juga aq berhasil mendapatkan foto bersama para wali kelas semenjak 74,82, dan 91.
Setelah itu km kembali lg ke hotel kamar mayat itu haha
Keesokan harinya kami pergi ke kraton jogjakarta,.. di sana aqbertaenggoran krn d sn aq memfoto pohon beringin ribuan tahun dgn menggunakan MP4 q. dan pada saat selesai dr pemandian air panas di ciateraq br sadar kalau MP4 q rusak dan kerusakanya membentuk pohon dan dua buah daun,
Setelah ke kraton… kami pergi ke candi borobudur,..
Di sana kami berforo” juga. Akan tetap buk um penyakitnya ulai kumat… dia bermaksud berfoto: dgn para Bulesehingga setiap x ad bule yang lewat langssung di sergap.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Bandung,.. perjalanan ke bandung membutuhkan wk sekitr 6 jam. Aq pun tertidur pulas di dlm bis. Dan ketika aq bagun waktu telah mennjukkan pukul 04:30 dan kami stop di masjid…
di sana sangat dingin sekali, malahan ketika aq mw ambil airwudu’ airnya dingin sekali … seperti es batu meleleh saja…
Ai capek aq nulis trus… jd langsung ke Jakarta saja ya????
Dua hr berikutnya kami meninggalkan kota bandng dan menuju ke Jakarta….,
Di Jakarta kami pergi ke Ancol…
Di ancol kami mengunjungi pertunjukkan lumba’’, film 4D, aneka satwa, dan Dufan.
Di dufan aq hanya menaiki wahana’’ yang extrim saja seperti kicir”2x ontanganting1x, halilintar 3x, dan tornado 1x.
Yang paling menegangkan adalah pada saat naik tornado… krn kami naik tornado pada saat hujan sedang deras”nya, dan yang pasti akan jauh llebih menegangkan……
Kemudian hari mulai maghrib… dan kami pun meninggalkan dufan dan meuju ke rumah makan di pinggir pantai ancol.
Akan tetapi… aku dg rizki A telat makan sehingga kamipun terpaksa makan di pinggiran tempat duduk pantai…. Di sana kami ber2 bertaenggoran,… yaitu kami berdua seperti melihat ada kepala yang lewatdi sebelah batu di pinggir pantai….
Kemudian kami langsung kembali ke rumah makan tersebut.
Finally, we comeback to Palembang with svely….
)P)P)P)P)P
Langganan:
Postingan (Atom)